Friday, January 31, 2020

Izin Perjuangan Makin Gampang Di 100 Hari Jokowi, Tapi...

Sejumlah pekerja membangun sebuah kerangka baliho dikawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (23/7/2013).Foto: Agung Pambudhy

Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan wapres Ma'ruf Amin telah memimpin Indonesia lebih dari 100 hari. Dalam rentang tersebut banyak kebijakan yang telah dilakukan.

Menurut, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani meski sudah ada upaya perbaikan kebijakan, namun belum terasa dampaknya pada perbaikan iklim berusaha.

"Sejauh ini pemerintah sentra sudah memperlihatkan upaya perbaikan dengan task force-task force yang berfungsi untuk debottlenecking realisasi investasi. Namun, ini efektivitasnya sangat minimal terhadap peningkatan investasi dan peningkatan produktivitas ekonomi nasional secara keseluruhan," kata Shinta ketika dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (31/1/2020).

Senada, Ketua BPC HIPMI Jakarta Pusat Indra Rukman mengatakan, kebijakan bidang ekonomi memang belum begitu signifikan dirasakan bagi pengusaha muda.

"Seratus hari kepemimpinan Pak Jokowi periode kedua memang sejauh ini belum ada dampak signifikan bagi pengusaha muda namun potensi dan peluang pengusaha muda trendnya makin baik," kata ia ketika dihubungi detikcom, Jumat (31/1/2020).

Namun, ia melihat masih terbuka peluang perbaikan iklim perjuangan di periode dua Jokowi ini. Penilaian itu didasarkan adanya paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan di periode pertama.

Saat ini, lanjut Indra, hanya perlu memperkuat dan mencari terobosan gres sehingga memberi akomodasi bagi pengusaha muda dan pengusaha pemula.
"Ada beberapa hal yang dirasakan kebijakan Jokowi seperti, perizinan yang sudah cepat, tidak bertele-tele lagi," ujar calon ketua umum HIPMI Jaya itu.

Menurut Indra, Indonesia ketika ini terus naik dalam indeks akomodasi berusaha (ease of doing business). Di tahun 2018 Indonesia berada di peringkat 72, di tahun 2019 Indonesia berada diperingkat 73.

"Ini tentu perlu diapresiasi, kebijakan Pak Jokowi terhadap akomodasi berusaha," tandasnya.



Simak Video "Milenial Investasi Emas, Siapa Takut?"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

Izin Perjuangan Makin Gampang Di 100 Hari Jokowi, Tapi...

Sejumlah pekerja membangun sebuah kerangka baliho dikawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (23/7/2013).Foto: Agung Pambudhy

Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan wapres Ma'ruf Amin telah memimpin Indonesia lebih dari 100 hari. Dalam rentang tersebut banyak kebijakan yang telah dilakukan.

Menurut, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani meski sudah ada upaya perbaikan kebijakan, namun belum terasa dampaknya pada perbaikan iklim berusaha.

"Sejauh ini pemerintah sentra sudah memperlihatkan upaya perbaikan dengan task force-task force yang berfungsi untuk debottlenecking realisasi investasi. Namun, ini efektivitasnya sangat minimal terhadap peningkatan investasi dan peningkatan produktivitas ekonomi nasional secara keseluruhan," kata Shinta ketika dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (31/1/2020).

Senada, Ketua BPC HIPMI Jakarta Pusat Indra Rukman mengatakan, kebijakan bidang ekonomi memang belum begitu signifikan dirasakan bagi pengusaha muda.

"Seratus hari kepemimpinan Pak Jokowi periode kedua memang sejauh ini belum ada dampak signifikan bagi pengusaha muda namun potensi dan peluang pengusaha muda trendnya makin baik," kata ia ketika dihubungi detikcom, Jumat (31/1/2020).

Namun, ia melihat masih terbuka peluang perbaikan iklim perjuangan di periode dua Jokowi ini. Penilaian itu didasarkan adanya paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan di periode pertama.

Saat ini, lanjut Indra, hanya perlu memperkuat dan mencari terobosan gres sehingga memberi akomodasi bagi pengusaha muda dan pengusaha pemula.
"Ada beberapa hal yang dirasakan kebijakan Jokowi seperti, perizinan yang sudah cepat, tidak bertele-tele lagi," ujar calon ketua umum HIPMI Jaya itu.

Menurut Indra, Indonesia ketika ini terus naik dalam indeks akomodasi berusaha (ease of doing business). Di tahun 2018 Indonesia berada di peringkat 72, di tahun 2019 Indonesia berada diperingkat 73.

"Ini tentu perlu diapresiasi, kebijakan Pak Jokowi terhadap akomodasi berusaha," tandasnya.



Simak Video "Milenial Investasi Emas, Siapa Takut?"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

Gawat! 115 Juta Orang Di Ri Simpel Jadi Miskin Lagi

Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim angka kemiskinan mencapai angka terkceil selama empat tahun terakhir.Gawat! 115 Juta Orang di RI Gampang Makara Miskin Lagi. Foto: Rifkianto Nugroho

Jakarta -

Tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan yang cukup berarti. Banyak dari penduduk Indonesia yang sudah keluar dari jurang kemiskinan. Namun bukan berarti mereka terbebas dari kemiskinan.

Bank Dunia dalam laporannya berjudul Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class memperingatkan pemerintah bahwa masyarakat Indonesia yang sudah keluar dari garis kemiskinan masih rentan untuk kembali miskin.

Jumlah penduduk RI yang rentan kembali miskin sangat besar yakni mencapai 115 juta orang. Jika mereka tidak diperhatikan, maka bukan mustahil angka kemiskinan kembali membengkak.

Bank Dunia mencatat selama 15 tahun terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang kini berada di bawah 10%. Selama periode itu kelas menengah Indonesia tumbuh dari 7% menjadi 20% dari total penduduk atau sekitar 52 juta orang.

Namun yang perlu diperhatikan yaitu masyarakat miskin yang gres saja keluar dari garis kemiskinan. Jumlahnya mencapai 45% dari penduduk Indonesia atau sebanyak 115 juta orang.

Nah bagi mereka yang gres keluar dari garis kemiskinan kalau tidak mempunyai kemampuan untuk masuk menjadi kelas menengah besar kemungkinannya kembali lagi menjadi miskin.

Oleh alasannya itu Bank Dunia merekomendasikan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang sempurna guna mendorong mereka masuk ke kalangan menengah.

"Permintaan dari kelas menengah sanggup mendorong pertumbuhan. Mereka yaitu sumber dari hampir setengah total pengeluaran rumahtangga di Indonesia. Selain itu, mereka juga berinvestasi lebih banyak dalam sumber daya manusia. Dengan kebijakan yang sempurna untuk memperluas kelas menengah sanggup membuka potensi pembangunan Indonesia dan mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi," kata World Bank Acting Country Director untuk Indonesia, Rolande Pryce di Energy Building, Jakarta, Kamis (30/1/2020).

Indonesia perlu membuat lebih banyak lapangan pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Lalu didukung oleh sistem yang berpengaruh untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas dan jaminan kesehatan universal.

Hal itu memerlukan perbaikan lingkungan perjuangan dan investasi pada infrastruktur. Selain itu, yang juga akan dibutuhkan yaitu ekspansi terusan jaminan sosial untuk proteksi dari guncangan kesehatan dan ketenagakerjaan yang mengikis laba ekonomi dan peluang mobilitas ke atas bagi jutaan orang yang ingin masuk dalam kelas menengah .


"Memperluas kelas menengah memerlukan banyak sekali reformasi untuk meningkatkan lingkungan perjuangan yang sanggup membuat lapangan kerja juga investasi pada keterampilan yang dibutuhkan serta sistem proteksi sosial untuk memberi pinjaman bila ada guncangan," kata World Bank Regional Director for Equitable Growth, Finance and Institutions, Hassan Zaman.

Menurutnya penguatan kebijakan dan manajemen pajak harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan bagi mereka yang sudah menjadi bab dari kelas menengah. Lalu perlu dilakukan ekspansi basis pajak untuk menambah penerimaan gres dari kelas menengah yang berkembang juga akan dibutuhkan untuk membiayai investasi tersebut.

Apa kata Sri Mulyani?

Sri Mulyani pun sepakat, untuk mencapai kelas menengah, mereka yang gres saja keluar dari garis kemiskinan memang memerlukan pekerjaan dengan honor yang mumpuni.

"Ya intinya yang disebut middle class yaitu mereka yang bisa mendapat pekerjaan dengan honor yang baik. Karena itu kita memikirkan bagaimana membuat lingkungan untuk menyebarkan lapangan pekerjaan," tuturnya.

Selama ini menurutnya Indonesia selalu terkendala problem regulasi yang panjang dan berbelit. Alhasil investasi sulit terealisasi. Padahal investasi yang bisa membuat lapangan pekerjaan.

"Apakah Omnibus Law menjadi salah satu yang mendorong kelas menengah? Ya terperinci iya. Karena tujuannya untuk membuat lapangan pekerjaan," tambahnya.

Draf RUU Omnibus Law ketika ini tengah dimatangkan oleh pemerintah sebelum digodok bersama dewan perwakilan rakyat RI. Namun belakangan sering menimbulkan polemik, khususnya Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.


Sri Mulyani menilai apa yang terjadi sebetulnya karena seluruh pihak membaca draf usang yang belum mengalami perubahan. Dirinya berharap seluruh pihak sabar menanti selesainya seluruh Omnibus Law yang berjumlah 4 undang-undang.

"Naskah yang beredar bukan naskah yang official. Toh kita belum sampaikan ke DPR," tutupnya.



Simak Video "Angka Kemiskinan Pasca Pandemi Corona Diprediksi Naik 12%"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

Modal Rp 200 Ribu, Laki-Laki Ini Cuan Puluhan Juta Jual Soes Kering

Soes Kering BreakdayFoto: Dok: Breakday

Jakarta -

Pernah gulung tikar menjalani perjuangan tak lantas menciptakan seorang Ikhtiary Gilang, warga Bekasi putus asa. Justru, dari kegagalan itu Gilang kini bisa menjalankan bisnis dengan omzet di atas Rp 20 juta sebulan dengan menjual cemilan soes kering bermerek Breakday.

Gilang bercerita, di penghujung 2014 kemudian menjalani bisnis perjuangan bakso. Kala itu, ia mempunyai lima gerobak yang dijalankan oleh pegawainya. Tak main-main, modal yang ia keluarkan untuk menjalankan ketika itu hingga Rp 60 juta yang berasal dari modal patungan rekannya. Namun, bisnis itu hanya berjalan tiga bulan.

"Saya perjuangan bakso dengan modal kurang lebih Rp 60 juta hingga Rp 70 juta, dan itu nggak hingga 3 bulan collapse semuanya," katanya kepada detikcom, Kamis kemudian (30/1/2020).

Hingga akhirnya, hanya tersisa uang Rp 100 ribu di genggaman Gilang. Tapi, Gilang memang sedari kecil ingin berdikari dan ingin hidup dari berbisnis. Ia tetap berniat bisnis walaupun sudah gagal.

Di ketika bersamaan, Gilang yang juga mempunyai rekan dalam kondisi sulit alasannya yaitu diberhentikan oleh kantornya. Teman Gilang, yang juga penyandang modal perjuangan bakso juga punya uang Rp 100 ribu.

"Akhirnya ya udah gue (saya) punya Rp 100 ribu, ia punya Rp 100 ribu, perjuangan apa ya," katanya.

Produk Soes BreakdayProduk Soes Breakday Foto: Dok: Breakday

Dari modal Rp 200 ribu itu, ia pun cari barang untuk diputar menjadi uang. Kebetulan, ketika itu jajanan soes kering booming di kantor salah seorang temannya. Ia pun mencari penjual soes kering itu dan ia jual lagi dengan merk miliknya.

"Awalnya jualan dari toples, kita beli kiloan masukin toples dijualin kantor bapak, ibu, ternyata lama-lama peminatnya banyak," terangnya.

"Sebulan usaha, aku coba cari bosnya yang punya pabrik, dan aku ajak kolaborasi dia, kebetulan ia mau ketemu sama saya, hasilnya aku dikasih jalan, ya udah kami pakai merk kami sendiri," paparnya.

Bisnis Gilang pun terus berkembang hingga sekarang. Ia kini menggandeng produsen soes kering lain untuk menjalankan Breakday.

Bisnis yang mulanya hanya bisa menjual kurang dari 100 item per bulannya, kini melesat lebih 1.000 item tiap bulan.

Pemasaran yang mulanya melalui online di Instagram @breakdaysnack, kini merambah ke offline di sentra oleh-oleh. Bahkan, ia menerima kesempatan dari pemerintah untuk study banding ke China dan mengekspor pertama kalinya di negara Tirai Bambu tersebut.

Jajanan yang dijual dengan harga Rp 17 ribu hingga Rp 24 ribu ini bisa menghasilkan omzet di atas Rp 20 juta.

"(Omzet di atas Rp 20 juta?) Insyaallah," katanya.

Gilang tak ingin sukses sendiri. Dirinya pun juga membuka kemitraan untuk menjadi reseller atau agen. Untuk bermitra dengannya, cukup menghubungi admin di Instagram Breakday.

"Nanti admin akan menjelaskan ada yang reseller, menjadi agen, biasanya gitu," ujarnya.



Simak Video "Piring Kayu Instagramable ini Keruk Ratusan Juta Perbulannya"
[Gambas:Video 20detik]
​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com

Serunya Jualan Mainan Jadul Sanggup Mampu Cuan Jutaan Rupiah

Musisi Bali Raup Cuan dari Jual Mainan JadulFoto: Dok. Liang Game

Jakarta -

Kecintaannya terhadap musik tak menghentikan langkah Gede Bagus Perdana Putra (28) untuk terus mencari peluang bisnis. Ia yang hobi bermusik dan juga bermain board game alhasil memutuskan untuk membuka perjuangan jual produk mainan pada awal tahun 2018. Produknya ia beri nama Liang Game yang berarti permainan yang membawa kebahagiaan.

"Kebetulan saya seorang music produser. Makara saya musisi dan juga music produser. Saya bikin Liang Game itu alasannya yakni dulu saat saya tour, menunggu di backstage itu agak bosan. Makara dari situ juga idenya muncul," kata Gede kepada detikcom, Kamis (30/1/2020).

Meski dikelilingi perkembangan teknologi yang pesat, Gede menentukan menciptakan produk permainan ular tangga yang sudah populer semenjak periode 1980-an. Awalnya, ia tak yakin alasannya yakni ia harus bersaing dengan mobile game yang mudah dan menyita perhatian masyarakat, terutama anak muda.

"Saya awalnya agak ragu saat saya menciptakan sesuatu yang malah agak jauh mundur ke belakang. Apakah ada pasarnya?" tutur Gede.

Namun, maraknya kafe-kafe di Bali yang dipadati warga Bali, wisatawan asing, maupun wisatawan lokal jadi peluang untuk Gede. Ia pun memberanikan diri mengeluarkan modal Rp 20 juta untuk menciptakan Liang Game. Kemudian, produknya itu ia tawarkan ke kafe-kafe di Bali. Sehingga, tamu-tamu di bar itu tak hanya menikmati santapannya, tapi juga menghabiskan waktu dengan bermain Liang Game.

"Akhirnya saya bikin satu permainan, kayak board game. Hanya saja bila board game identik dengan permainan yang punya konsep petualangan atau teka-teki. Makara sebagian besar board game menyerupai permainan misi. Tapi saya pengin bikin permainan yang tidak terlalu memutar otak tapi sanggup dimainkan seru, tapi juga ada unsur edukatifnya. Makara ada wawasan yang sanggup didapat. Akhirnya saya modifikasi permainan ular tangga itu," terang Gede.

Musisi Bali Raup Cuan dari Jual Mainan 'Jadul'Foto: Dok. Liang Game

Tak hanya di kafe-kafe, Gede bersama 4 orang timnya juga menjual Liang Game di sunday market atau 'pasar kaget' yang biasa digelar di kawasan wisata. Gede memasarkan produknya dengan tiga edisi yang berbeda, yakni edisi Indonesia, Dunia, dan English Edition. Khusus English Edition ini laris keras sampai berkontribusi pada 65% penjualan Liang Game setiap bulannya.

Seiring berjalannya waktu, Liang Game pun populer sebagai 'oleh-oleh' dari Bali. Menurut Gede, produknya ini tak hanya dibeli warga lokal, tapi juga wisatawan lokal dari luar bali, bahkan wisatawan asing.

"Jadi turis ajaib itu banyak banget beli produk saya untuk buah tangan bawa ke negara mereka. Makara yang edisi Indonesia dan edisi dunianya malah tidak sebanyak yang English Edition. Karena kebanyakan orang ajaib itu suka main board game di sana. Dan mereka saat punya quality time itu handphone mereka diletakkan saja. Makara saya selalu sanggup testimoni bila permainan ini bikin fun banget," ungkap Gede.

Meski masih merintis, berdasarkan Gede usahanya ini sudah menguntungkan, dengan omzet sampai Rp 5-7 juta per bulan. Dengan harga pasaran Liang Game Rp 175.000 per unit, ia menjual sekitar 28-40 unit per bulan.

"Kita masih home production seluruhnya, jadi belum terlalu sanggup tekan harga. Tapi dari quality dan fungsi permainan worth it banget. Makara per bulan omzetnya kita sanggup Rp 5-7 juta. Sejauh ini sudah balik modal," terang dia.

Musisi Bali Raup Cuan dari Jual Mainan 'Jadul'Foto: Dok. Liang Game

Ke depannya, Gede bersama timnya berencana menciptakan aplikasi di ponsel untuk melengkapi komponen Liang Game, yakni kartu pertanyaan dan tantangan yang dipakai dalam permainan ini sehingga pembeli tak repot untuk membawa Liang Game ke mana pun, dan quiz serta challenge yang diberikan pun up to date.

"Jadi kombinasi, pakai handphone, tapi bukan dalam artian kita akan jadi mobile game. Tapi di handphone itu hanya sebagai kartu dan dadunya saja, tapi tetap sanggup main fisiknya," tutup Gede.

Serunya Jualan Mainan 'Jadul' Bisa Dapat Cuan Jutaan Rupiah


Simak Video "Hadiri Perayaan Cap Go Meh, Sandi: Ini Bisa Ciptakan Peluang Usaha"
[Gambas:Video 20detik]
​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh Premium

Produk Teh SILAFoto: Dok. SILA

Jakarta -

Mendapat penghasilan belasan juta dari jabatan yang tidak mengecewakan tinggi bisa jadi suatu pencapaian yang cukup bagi seorang anak muda. Namun itu tidak berlaku bagi Redha Taufik Ardias.

Pria berusia 29 tahun ini rela meninggalkan jabatannya dan honor yang mencapai belasan juta dari sebuah perusahaan produsen teh pada 2017. Dia justru menentukan untuk menjadi pengusaha minuman teh.

Alasan Redha tetapkan untuk menjadi pengusaha produk minuman teh ini sebab ingin membantu penghasilan pemetik teh yang dibayar sangat kecil. Selama menjabat sebagai Product & Brand Manager di perusahaan teh, dirinya mengetahui bahwa upah untuk pemetik teh sebesar Rp 800-1.200 per kg dengan catatan daun teh masih basah.

"Dari situlah saya mulai tergerak untuk mencari tahu lebih banyak wacana teh di Indonesia, dan berharap bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan Ibu-Ibu pemetik teh ini, baik dengan hal kecil sekalipun," kata Redha ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (31/1/2020).

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Redha menilai produk minuman teh mempunyai potensi yang sama menyerupai kopi yang ketika ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh dengan kualitas premium.

Menurut dia, selama ini kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya mengonsumsi teh 'sisa'. Teh 'sisa' yang dimaksud yakni sari dari teh yang seharusnya untuk satu gelas namun dicampur lagi dengan air putih dan disajikan untuk beberapa gelas.

Demi tekadnya membiasakan masyarakat meminum teh dengan kualitas premium dan menyejahterakan pemetik teh, dirinya pun membangun PT Sila Agri inovasi. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya yakni SILA yang berasal dari bahasa sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar.

Dengan produk SILA, Redha melibatkan seluruh pelaku produk teh dari hulu tukang kebun hingga konsumen melalui invasi yang telah dilakukan dalam setiap produknya.

"Kami berharap dengan aktif melaksanakan edukasi, perlahan namun niscaya masyarakat Indonesia mulai mengapresiasi teh yang berkualitas dari dalam negeri sendiri dan mengasihi produk lokal," jelasnya.

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Pria lulusan Universitas Indonesia ini menyebut produk teh SILA ada 20 varian yang sudah dipasarkan dari 40 varian yang sudah diciptakan. Seluruh varian tersebut masuk dalam lima tipe yaitu white tea, green tea, yellow tea, red tea, dan black tea.

Yang membedakan produk SILA, dikatakan Redha yakni sebab ada adonan herbal menyerupai melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Dia meyakini bahwa minuman teh ini akan booming menyerupai kopi yang ketika ini banyak digemari masayarakat.

Untuk detil produk dari 20 varian yang ketika ini di pasaran yakni Glorious White Tea, Silver Needle, Black Booster, Srikantea, Fresh'O Green Tea, Smangat Pagi, Kasmaran, Guardian Angel, Lemongrass Green Tea, Mojang Geulis, Levare Black Tea, Asian Unitea, Lemongrass Black Tea, Fesh'O Green, White Peony, Prime Green Tea, Guardian Angel, Radiant Yellow Tea, Sinensis Red Tea, dan Blissful Morning.

Ragam varian teh ini dikemas dalam bermacam-macam kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan.

Dia menceritakan tahun pertama menjalankan SILA sangat berat, mulai dari omzet yang hanya Rp 10 juta per bulan sebab hanya bisa menjual produk dari bazar ke bazar saja. Omzet yang didapat masih jauh dari biaya operasional yang dibutuhkan.

Berkat kerja kerasnya, Redha mengaku ketika ini perusahaan sudah tumbuh dan bisa membiayai operasional secara mandiri. Saat ini SILA punya puluhan partner, diantaranya belasan cafe, beberapa hotel, reseller offline dan online. SILA juga aktif di online marketplace dan instagram untuk direct sales dengan ragam variant dan kemasan yang unik.

Bahkan belakangan ini SILA banyak dijadikan souvenir, baik souvenir pribadi, institusi hingga wedding.

"Sekarang sudah bisa menutup operasional, rata-rata omzet sudah Rp 60-Rp 75 juta per bulan," tegasnya.

Dia pun mengungkapkan bagi masyarakat yang tertarik mencoba produk SILA bisa pribadi kontak akun Instagram @silateahouse atau tiba pribadi ke Sila Tea Headquarter di Bogor dan Tea Experience Room by SILA di Armor Badjoeri di Bandung. Bisa juga mengunjungi partner Sila terdekat, secara umum dikuasai di Bandung yaitu Teabumi, Loko Coffee Shop, Gajua Kopi, Dewaji, De'romee, Ubar Salatri, dan Omalia, Lalu di jakarta ada di Sarinah, Kopi Shock dan Taverne, di Sukabumi ada Kedai 35 dan Book.tea Bar, dan di Loko Coffee Shop Cirebon.

"Sebagai tips juga untuk teman-teman yang tertarik di bisnis apapun itu, awali dengan mempunyai visi dan misi yang jelas, serta pastikan usahanya mempunyai efek posistif terhadap sosial dan lingkungan. Bisnis dan Idealis harus seimbang, dan inilah yang saya percaya sebagai cikal bakal sustainability agriculture di Indonesia," ungkap dia.

​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh Premium

Produk Teh SILAFoto: Dok. SILA

Jakarta -

Mendapat penghasilan belasan juta dari jabatan yang tidak mengecewakan tinggi bisa jadi suatu pencapaian yang cukup bagi seorang anak muda. Namun itu tidak berlaku bagi Redha Taufik Ardias.

Pria berusia 29 tahun ini rela meninggalkan jabatannya dan honor yang mencapai belasan juta dari sebuah perusahaan produsen teh pada 2017. Dia justru menentukan untuk menjadi pengusaha minuman teh.

Alasan Redha tetapkan untuk menjadi pengusaha produk minuman teh ini sebab ingin membantu penghasilan pemetik teh yang dibayar sangat kecil. Selama menjabat sebagai Product & Brand Manager di perusahaan teh, dirinya mengetahui bahwa upah untuk pemetik teh sebesar Rp 800-1.200 per kg dengan catatan daun teh masih basah.

"Dari situlah saya mulai tergerak untuk mencari tahu lebih banyak wacana teh di Indonesia, dan berharap bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan Ibu-Ibu pemetik teh ini, baik dengan hal kecil sekalipun," kata Redha ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (31/1/2020).

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Redha menilai produk minuman teh mempunyai potensi yang sama menyerupai kopi yang ketika ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh dengan kualitas premium.

Menurut dia, selama ini kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya mengonsumsi teh 'sisa'. Teh 'sisa' yang dimaksud yakni sari dari teh yang seharusnya untuk satu gelas namun dicampur lagi dengan air putih dan disajikan untuk beberapa gelas.

Demi tekadnya membiasakan masyarakat meminum teh dengan kualitas premium dan menyejahterakan pemetik teh, dirinya pun membangun PT Sila Agri inovasi. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya yakni SILA yang berasal dari bahasa sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar.

Dengan produk SILA, Redha melibatkan seluruh pelaku produk teh dari hulu tukang kebun hingga konsumen melalui invasi yang telah dilakukan dalam setiap produknya.

"Kami berharap dengan aktif melaksanakan edukasi, perlahan namun niscaya masyarakat Indonesia mulai mengapresiasi teh yang berkualitas dari dalam negeri sendiri dan mengasihi produk lokal," jelasnya.

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Pria lulusan Universitas Indonesia ini menyebut produk teh SILA ada 20 varian yang sudah dipasarkan dari 40 varian yang sudah diciptakan. Seluruh varian tersebut masuk dalam lima tipe yaitu white tea, green tea, yellow tea, red tea, dan black tea.

Yang membedakan produk SILA, dikatakan Redha yakni sebab ada adonan herbal menyerupai melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Dia meyakini bahwa minuman teh ini akan booming menyerupai kopi yang ketika ini banyak digemari masayarakat.

Untuk detil produk dari 20 varian yang ketika ini di pasaran yakni Glorious White Tea, Silver Needle, Black Booster, Srikantea, Fresh'O Green Tea, Smangat Pagi, Kasmaran, Guardian Angel, Lemongrass Green Tea, Mojang Geulis, Levare Black Tea, Asian Unitea, Lemongrass Black Tea, Fesh'O Green, White Peony, Prime Green Tea, Guardian Angel, Radiant Yellow Tea, Sinensis Red Tea, dan Blissful Morning.

Ragam varian teh ini dikemas dalam bermacam-macam kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan.

Dia menceritakan tahun pertama menjalankan SILA sangat berat, mulai dari omzet yang hanya Rp 10 juta per bulan sebab hanya bisa menjual produk dari bazar ke bazar saja. Omzet yang didapat masih jauh dari biaya operasional yang dibutuhkan.

Berkat kerja kerasnya, Redha mengaku ketika ini perusahaan sudah tumbuh dan bisa membiayai operasional secara mandiri. Saat ini SILA punya puluhan partner, diantaranya belasan cafe, beberapa hotel, reseller offline dan online. SILA juga aktif di online marketplace dan instagram untuk direct sales dengan ragam variant dan kemasan yang unik.

Bahkan belakangan ini SILA banyak dijadikan souvenir, baik souvenir pribadi, institusi hingga wedding.

"Sekarang sudah bisa menutup operasional, rata-rata omzet sudah Rp 60-Rp 75 juta per bulan," tegasnya.

Dia pun mengungkapkan bagi masyarakat yang tertarik mencoba produk SILA bisa pribadi kontak akun Instagram @silateahouse atau tiba pribadi ke Sila Tea Headquarter di Bogor dan Tea Experience Room by SILA di Armor Badjoeri di Bandung. Bisa juga mengunjungi partner Sila terdekat, secara umum dikuasai di Bandung yaitu Teabumi, Loko Coffee Shop, Gajua Kopi, Dewaji, De'romee, Ubar Salatri, dan Omalia, Lalu di jakarta ada di Sarinah, Kopi Shock dan Taverne, di Sukabumi ada Kedai 35 dan Book.tea Bar, dan di Loko Coffee Shop Cirebon.

"Sebagai tips juga untuk teman-teman yang tertarik di bisnis apapun itu, awali dengan mempunyai visi dan misi yang jelas, serta pastikan usahanya mempunyai efek posistif terhadap sosial dan lingkungan. Bisnis dan Idealis harus seimbang, dan inilah yang saya percaya sebagai cikal bakal sustainability agriculture di Indonesia," ungkap dia.

​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com