Friday, January 31, 2020

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh Premium

Produk Teh SILAFoto: Dok. SILA

Jakarta -

Mendapat penghasilan belasan juta dari jabatan yang tidak mengecewakan tinggi bisa jadi suatu pencapaian yang cukup bagi seorang anak muda. Namun itu tidak berlaku bagi Redha Taufik Ardias.

Pria berusia 29 tahun ini rela meninggalkan jabatannya dan honor yang mencapai belasan juta dari sebuah perusahaan produsen teh pada 2017. Dia justru menentukan untuk menjadi pengusaha minuman teh.

Alasan Redha tetapkan untuk menjadi pengusaha produk minuman teh ini sebab ingin membantu penghasilan pemetik teh yang dibayar sangat kecil. Selama menjabat sebagai Product & Brand Manager di perusahaan teh, dirinya mengetahui bahwa upah untuk pemetik teh sebesar Rp 800-1.200 per kg dengan catatan daun teh masih basah.

"Dari situlah saya mulai tergerak untuk mencari tahu lebih banyak wacana teh di Indonesia, dan berharap bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan Ibu-Ibu pemetik teh ini, baik dengan hal kecil sekalipun," kata Redha ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (31/1/2020).

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Redha menilai produk minuman teh mempunyai potensi yang sama menyerupai kopi yang ketika ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh dengan kualitas premium.

Menurut dia, selama ini kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya mengonsumsi teh 'sisa'. Teh 'sisa' yang dimaksud yakni sari dari teh yang seharusnya untuk satu gelas namun dicampur lagi dengan air putih dan disajikan untuk beberapa gelas.

Demi tekadnya membiasakan masyarakat meminum teh dengan kualitas premium dan menyejahterakan pemetik teh, dirinya pun membangun PT Sila Agri inovasi. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya yakni SILA yang berasal dari bahasa sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar.

Dengan produk SILA, Redha melibatkan seluruh pelaku produk teh dari hulu tukang kebun hingga konsumen melalui invasi yang telah dilakukan dalam setiap produknya.

"Kami berharap dengan aktif melaksanakan edukasi, perlahan namun niscaya masyarakat Indonesia mulai mengapresiasi teh yang berkualitas dari dalam negeri sendiri dan mengasihi produk lokal," jelasnya.

Meraup Puluhan Juta Dari Jualan Teh PremiumFoto: Dok. SILA

Pria lulusan Universitas Indonesia ini menyebut produk teh SILA ada 20 varian yang sudah dipasarkan dari 40 varian yang sudah diciptakan. Seluruh varian tersebut masuk dalam lima tipe yaitu white tea, green tea, yellow tea, red tea, dan black tea.

Yang membedakan produk SILA, dikatakan Redha yakni sebab ada adonan herbal menyerupai melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Dia meyakini bahwa minuman teh ini akan booming menyerupai kopi yang ketika ini banyak digemari masayarakat.

Untuk detil produk dari 20 varian yang ketika ini di pasaran yakni Glorious White Tea, Silver Needle, Black Booster, Srikantea, Fresh'O Green Tea, Smangat Pagi, Kasmaran, Guardian Angel, Lemongrass Green Tea, Mojang Geulis, Levare Black Tea, Asian Unitea, Lemongrass Black Tea, Fesh'O Green, White Peony, Prime Green Tea, Guardian Angel, Radiant Yellow Tea, Sinensis Red Tea, dan Blissful Morning.

Ragam varian teh ini dikemas dalam bermacam-macam kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan.

Dia menceritakan tahun pertama menjalankan SILA sangat berat, mulai dari omzet yang hanya Rp 10 juta per bulan sebab hanya bisa menjual produk dari bazar ke bazar saja. Omzet yang didapat masih jauh dari biaya operasional yang dibutuhkan.

Berkat kerja kerasnya, Redha mengaku ketika ini perusahaan sudah tumbuh dan bisa membiayai operasional secara mandiri. Saat ini SILA punya puluhan partner, diantaranya belasan cafe, beberapa hotel, reseller offline dan online. SILA juga aktif di online marketplace dan instagram untuk direct sales dengan ragam variant dan kemasan yang unik.

Bahkan belakangan ini SILA banyak dijadikan souvenir, baik souvenir pribadi, institusi hingga wedding.

"Sekarang sudah bisa menutup operasional, rata-rata omzet sudah Rp 60-Rp 75 juta per bulan," tegasnya.

Dia pun mengungkapkan bagi masyarakat yang tertarik mencoba produk SILA bisa pribadi kontak akun Instagram @silateahouse atau tiba pribadi ke Sila Tea Headquarter di Bogor dan Tea Experience Room by SILA di Armor Badjoeri di Bandung. Bisa juga mengunjungi partner Sila terdekat, secara umum dikuasai di Bandung yaitu Teabumi, Loko Coffee Shop, Gajua Kopi, Dewaji, De'romee, Ubar Salatri, dan Omalia, Lalu di jakarta ada di Sarinah, Kopi Shock dan Taverne, di Sukabumi ada Kedai 35 dan Book.tea Bar, dan di Loko Coffee Shop Cirebon.

"Sebagai tips juga untuk teman-teman yang tertarik di bisnis apapun itu, awali dengan mempunyai visi dan misi yang jelas, serta pastikan usahanya mempunyai efek posistif terhadap sosial dan lingkungan. Bisnis dan Idealis harus seimbang, dan inilah yang saya percaya sebagai cikal bakal sustainability agriculture di Indonesia," ungkap dia.

​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.