Wednesday, December 25, 2019

Mengintip Rencana Besar Pertamina Untuk Tuban Petro

Foto: Jokowi di Tuban Petro (Ainur Rofiq/detikcom)

Tuban - Pertamina siap berbagi area kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi sentra industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.

Presiden Jokowi didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama Tuban Petro meninjau eksklusif tempat TPPI yang akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional di Tuban, Sabtu (21/12)

Nicke Widyawati menyatakan peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp 40 - 50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

"Pembangunan komplek industri Petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, sebab sesuai dengan animo bisnis masa depan," ucap Nicke. Di TPPI Tuban ( 21/12/2019).


Pembangunan industri Petrokimia, lanjut Nicke, juga akan lebih efisien sebab dintegrasikan dengan kilang, sehingga produk samping petrokimia sanggup dimanfaatkan kembali oleh kilang baik untuk materi bakar kilang itu sendiri maupun sanggup menjadi produk BBM.

"Infrastruktur penunjang dan utilitas sanggup juga dimanfaatkan secara tolong-menolong dengan menurunkan biaya energi hingga 10% dan biaya personel turun 10% sehingga biaya operasional turun hingga 15%," imbuh Nicke.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI untuk pengembangan industri petrokomia dilakukan Pertamina dengan melaksanakan agresi korporasi pembelian saham seri B TubanPetro yang merupakan induk perjuangan TPPI, senilai Rp 3,1 triliun, sehingga Pertamina ketika ini menguasai saham dominan 51 persen.

"Aksi korporasi ini dimaksudkan untuk berbagi industri petrokimia nasional yang nantinya akan memperlihatkan imbas bagi pengembangan industri turunannya di tanah air," terang Nicke.

Nicke menjelaskan, restrukturisasi TubanPetro juga merupakan kepingan dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility), di mana mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia ataupun mogas. Hal ini menciptakan produksi kilang sanggup menyesuaikan dengan undangan pada ketika beroperasi.

Selain itu, dengan pasokan materi baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, dibutuhkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih laba (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat laba yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.

"Jadi terang bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan sebab sanggup menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya," ujar Nicke.


Pertamina sendiri akan berbagi pembangunan pabrik gres serta melanjutkan pembangunan komplek olefin dan polyolefin di tempat kilang TPPI di Tuban. Dengan pembangunan tersebut, maka TPPI akan menjadi komplek petrokimia yang terintegrasi menghasilkan produk-produk aromatik dan olefin.

Pada ketika yang sama, melalui proyek RDMP dan GRR, Pertamina juga sedang membangun kilang Tuban dengan investasi US$16 miliar, yang nantinya akan mempunyai akomodasi produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.

"Pembangunan industri petrokimia nasional akan turut memperkuat neraca perdagangan, menghemat devisa dan mengurangi impor materi baku dan produk petrokimia," pungkas Nicke

Simak Video "Isak Tangis Iringi Pemakaman Bripda Ferdi yang Tewas Tersambar Petir"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.