Jakarta - Angga Pratama, merupakan salah satu dari sekian pengusaha yang sukses di Indonesia. Usaha Angga bergerak dalam industri wewangian, alias parfum. Uniknya, Angga menyatukan bahan-bahan tradisional dalam ramuan parfumnya, beliau menamai produknya dengan sebutan Parfum Batik.
Jiwa perjuangan Angga memang tidak perlu lagi dipertanyakan, selama 12 tahun Angga sudah bejibaku menjadi seorang penjaja parfum. Bahkan, semua dilakukannya dari nol, dari yang cuma jadi reseller produk parfum impor hingga akibatnya punya toko sendiri.
"Saya pernah kerja menjadi buruh pabrik las, sales alat penghisap debu, sopir, dan penjaga toko kaset. Hingga hingga lah pada tahun 2007, saya memberanikan perjuangan kecil-kecilan menjadi reseller parfum impor dan alhamdulillah terus berkembang pesat hingga mempunya toko sendiri," kisah Angga kepada detikcom.
Foto: Parfum Batik (Herdi Alif Al Hikam/detikFinance) |
Mencium aneka macam harum parfum selama 12 tahun membuat Angga tersadar bahwa bergotong-royong Indonesia juga punya wewangian khas dan identik. Dari situ lah Angga mulai sadar untuk mencari wewangian otentik dari bahan-bahan tradisional.
Bermodal ilmu penyulingan yang didapatkan Angga dari para pengusaha parfum yang berkerja sama dengannya, beliau mulai mencoba membangun Parfum Batik dengan wewangian kearifan lokal. Kalau menurutnya, Parfum Batik sanggup muncul alasannya yaitu kegelisahannya melihat gempuran parfum impor, padahal Indonesia banyak menghasilkan bahan-bahan untuk wewangian.
"Parfum Batik berdiri 28 November 2017, pendirinya saya sendiri. Sejarah berdirinya Parfum Batik ini berawal alasannya yaitu kekhawatiran kami atas gempuran produk parfum luar. Padahal Indonesia yaitu salah satu negara penghasil gaharu dan nilam terbaik di dunia, gaharu dan nilam ini merupakan materi untuk membuat parfum," ungkap Angga.
Angga bercerita parfum yang dijualnya yaitu hasil produksi sendiri, beliau menyampaikan punya pabrik penyulingan parfum di Malang. Bahan bakunya, berdasarkan Angga didapatkan dari petani-petani lokal.
"Kita produksi sendiri di Batu, Malang dari bahan-bahan masih mentah ke proses penyulingan hingga di-matching menjadi parfum. Kami membeli materi baku dari para petani bunga, nilam, dan gaharu. Makara dengan membeli Parfum Batik kami juga turut membantu para petani" ungkap Angga.
Hingga sekarang Angga sudah berhasil membuat empat varian parfum. Mulai dari Parang Barong khas Yogya, Sogan khas Solo, Mega Mendung khas Cirebon, dan Singa Barong khas Bali.
Harga parfumnya berkisar antara Rp 60-90 ribu per botol ukuran 35 ml. Parfumnya terbagi dua tipe, tipe premium yang sanggup tahan anyir hingga 24 jam, dan tipe deluxe yang maksimal tahan anyir hingga 8 jam.
Saat memulai usahanya Angga bercerita menyiapkan Rp 100 juta untuk modal. Uang itu ia putar untuk membiayai alat suling, bangunan pabrik suling, dan materi baku. Kini beliau menyatakan sanggup menjual hingga seribu botol parfum dengan omzet rata-rata berkisar Rp 60-70 juta per bulan.
Angga menyampaikan sejauh ini beliau menjual parfumnya dengan menitipkannya di banyak toko buah tangan di sekitar tempat Cirebon, Yogyakarta-Jakarta, Bali, Solo, dan Malang. Di samping itu beliau juga membuka aktif ikut pameran-pameran UMKM. Angga juga mempromosikan parfumnya lewat sosial media Instagram @parfumbatik.
Simak Video "Nggak Cuma Diminum, Kopi Juga Bisa Makara Parfum Lho!"
[Gambas:Video 20detik]
âââPromosikan bisnis kamu, âââdetik ini jugaââ di adsmart.detik.com
Sumber detik.com
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.