Jakarta - Berawal dari peristiwa alam yang menimpa anaknya ketika bayi, Prandityo Hangrengo sekarang mempunyai bisnis Antar ASI Daily Care (AADC). Meski belum begitu besar, setidaknya ia berhasil mengubah duduk kasus menjadi peluang bisnis.
AADC resmi dijalankannya 2 Maret 2017. Ide ini muncul dari permasalahan yang menimpa anaknya yang gres lahir.
"Berangkat dari permasalahan anak yang didiagnosa dokter ada gangguan pada tongue tie dan lip tie, hingga tidak sanggup menyusu secara direct ke bundanya," kata laki-laki yang dekat disapa Tyo kepada detikcom, Senin (30/12/2019).
Tyo kala itu berpikir bahwa ada peluang perjuangan dari duduk kasus yang menimpanya. Kebetulan juga ketika itu Tyo sedang menganggur.
"Pada awalnya aku berpikir keras, sambil gendong anak, bagaimana ini caranya aku sanggup memulai perjuangan tersebut yang notabene anak tidak ada yang jaga. Karena kami sudah pisah dari orang tua," terangnya.
Tekad Tyo jadinya bulat. Dia meminta izin mertuanya untuk menitipkan anaknya. Setiap hari ia mengantarkan anaknya ke rumah mertuanya yang berjarak 7 kilometer (km) dari rumahnya.
Setelah mengantarkan anaknya, kemudian ia mendapatkan pesanan untuk jemput dan antar ASI. Setelah selesai, ia menjemput kembali sang anak.
"Awalnya mendapatkan customer teman dari adik saya. Di situ aku mulai mendapatkan feedback yang puas dari customer pertama itu, hujan-hujan hingga malem terus terobos, supaya ASI cepat hingga ke rumah customer," ucapnya.
Rutinitas itu ia jalani terus selama 6 bulan. Tyo memperlihatkan jasanya melalui Instagram. Pelanggannya pun semakin banyak, tidak lagi hanya dari lingkungan kerabat saja.
Tyo menetapkan tarif AADC Rp 4.000 per km, terhitung dari alamat penjemputan ke daerah pengantaran ASI. Tarif itu tidak berubah hingga ketika ini.
Menurutnya tantangan terbesar ketika menjalankan bisnisnya ketika ini ialah SDM atau ia sebut bikers. Akhirnya Tyo menciptakan komunitas yang dinamakan Bikers Pejuang ASI.
"Saya kumpulin kawan-kawan yamg sudah punya anak, sebab mereka akan aware dengan ASI. Saya ajak nge-ride bareng dengan sistem upah per km," terangnya.
Dari tarif Rp 4.000 per km, Tyo hanya mengambil Rp 500 per km. Saat itu terkumpul 7 bikers pejuang ASI yang terdiri dari paman, kakak, dan saudara iparnya. Ia juga masih bolak-balik mengantar ASI.
"Nah, permasalahan gres mulai muncul pada SDM, sebab tidak ada keterikatan kerja. Akhirnya untuk orderan yang masuk, aku harus mohon-mohon, kepada para bikers, mengenai kesediaanya untuk ambil orderan. Hingga aku menetapkan untuk berani dgn sistem honor pada bulan Desember 2018 dengan menarik pak Putut, sahabat, sebagai investor aktif," ujarnya.
Saat membuka sistem gaji, ternyata duduk kasus itu belum terselesaikan. Banyak bikers yang keluar masuk. Sebab untuk mengantar ASI harus mempunyai tanggung jawab dan janji yang besar lengan berkuasa sebab telat sedikit ASI tak sanggup lagi dikonsumsi.
"Hingga Saat ini Antar Asi Daily Care (AADC) hanya mempunyai 5 orang biker's yang betul-betul sudah melewati tahap penyaringan," tuturnya.
Dari semenjak AADC berdiri hingga ketika ini tercatat sudah mempunyai 1.300 pelanggan. Tercatat ketika ini omzet AADC mencapai Rp 11 juta per bulan.
Uang itu pun masih harus dipotong honor bikers dan kebutuhan marketing. Meski belum begitu besar, setidaknya Tyo mempunyai penghasilan dari bisnis yang ia bangkit dengan modal Rp 750 ribu, itu pun dari utang.
"Tapi namanya rezeki sanggup tiba dari mana saja, ada saja yang suka nitip iklanin produknya ke kita. Alhamdulillah," tutupnya.
âââPromosikan bisnis kamu, âââdetik ini jugaââ di adsmart.detik.com
Sumber detik.com
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.