Monday, December 30, 2019

Sering Gagal Berbisnis, Perjaka Ini Kantongi Rp 1 M Jualan Seblak

Foto: Dok Pribadi Seblak Edun

Jakarta - Mau jadi pengusaha sukses beromzet besar memang perlu perjuangan. Jangan harap usaha sanggup terus eksis jikalau gampang menyerah. Selain itu, konsisten dan yakin juga jadi kunci sanggup mendulang kesuksesan.

Setidaknya itu yang dilakukan oleh Happy Yosera, pengusaha masakan khas Bandung, yaitu seblak yang mengadu nasib di Jakarta. Happy panggilan akrabnya, sudah berjualan seblak semenjak 5 tahun lalu.

Pria berdarah Sunda ini bercerita, awalnya ia membuka 2 gerai seblak di daerah Jakarta Timur. Kala itu, masakan yang khas dengan rasanya yang pedas ini belum begitu menjamur menyerupai sekarang. Seblaknya diberi nama Seblak Edun. Edun berarti absurd yang menggambarkan verbal ketika mencicipi kepedasan panganan ini.

Karena belum pede dan cukup modal untuk merekrut karyawan, ia dan istri harus terjun langsung berjualan. Peralatan masak pun ia pakai milik pribadi.

"Modalnya cuma Rp 400 ribu ketika itu. Beli kerupuk, bumbu-bumbu dan lainnya," dongeng Happy kepada detikcom beberapa waktu lalu.


Butuh waktu dua tahun hingga mencapai titik balik kesuksesan Happy. Seiring berjalannya waktu, masyarakat pun gandrung terhadap panganan ini. Usahanya terus berkembang. Dia pun terus mengepakkan sayap bisnisnya dan membuka hingga lebih dari 20 cabang dan mempekerjakan puluhan karyawan.

"Omzet ketika itu sanggup hingga Rp 1 miliar lebih per bulan," ujarnya.

Usahanya ini juga terbantu dengan adanya layanan ojek online. Penjualannya sanggup meningkat tajam alasannya yakni bantuan ojek online.

"Bisa 65% sendiri dari ojek online ini," katanya.

Sering Gagal Berbisnis, Pemuda Ini Kantongi Rp 1 M Jualan SeblakFoto: Dok Pribadi Seblak Edun

Tak ada usaha tanpa ada tantangan dan rintangan. Happy juga mengakui, selama 5 tahun berdagang seblak, usahanya juga mengalami fase naik turun. Ditambah, ketika ini seblak sudah bukan lagi masakan yang eksklusif.

Makanan yang berbahan dasar kerupuk berair ini sanggup banyak ditemui di ibu kota. Beda dengan beberapa tahun belakangan. Apalagi ada layanan pesan masakan lewat ojek online memudahkan mereka yang ingin beli.

Perlahan Happy mulai menutup gerai-gerainya satu per satu. Dia memang tidak menjalankan bisnis dengan sistem waralaba alias franchise. Semua gerai ia kelola dan miliki sendiri.

Persoalan semakin berat ketika ia tak mendapat sumber daya insan (SDM) yang sesuai. Sekarang, gerainya hanya tersisa 13 yang tersebar di Jakarta. Rata-rata omzet yang didapat Rp 1,7 juta-Rp 2 juta per hari. Happy mengaku di weekend sanggup hingga Rp 3 juta per hari.

"Omzet kini rata-rata Rp 500-600 juta per bulan. Karyawan inti ada 17 orang," ujarnya.


Meski begitu, Happy tak patah arang. Dia seakan sudah kebal dengan jatuh bangkit menjalankan bisnis. Berjualan seblak pun yakni bisnisnya yang kesekian puluh kali yang digeluti.

"Ini yang keberapa puluh kali saya mencoba usaha. Saya jualan pulsa, sempat juga jualan pakaian, jual buah-buahan, dicoba. Tapi nggak ada yang jalan," katanya.

Tapi, berbekal keyakinan dan percaya bahwa berdagang itu salah satu bab dari ibadah, usaha seblaknya masih eksis hingga sekarang.

"Intinya ya konsisten, usaha ini kan juga perihal iman. Di sini saya berusaha, tapi kehendak Allah yang paling dominan," tutur Happy.

Simak Video "Beda dengan Bandung, Ini Seblak Khas Batang"
[Gambas:Video 20detik]
​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Sumber detik.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.